Sabtu, 23 April 2016

Another Experience in Small Country Called Singapore


Kecelakaan sejarah. Hal tersebut yang menjadikanku memasuki lubang “kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam”. Tahun 2014 aku merelakan diriku untuk mengambil studi di UMY dan mengikuti serangkaian acara untuk menjadikanku benar-benar mahasiswa UMY. Tak terasa hari demi hari aku lalui untuk menjadi mahasiswa Pendidikan Agama Islam angkatan 2014. Hingga pada akhirnya aku mencoba untuk mengikuti seleksi paper di Academic Excursion Programe 2015 yang diadakan oleh fakultas. Pada waktu itu dari jurusan PAI terdapat 2 mahasiswa PAI yang mendaftar untuk mengikuti seleksi paper tersebut. Namun, tanpa di sangka, paperkulah yang menjadi pertimbangan dosen untuk mengikuti seleksi selanjutnya yaitu seleksi presentasi di depan dosen panitia agenda tersebut.

Pengumuman hasil paper pun datang. Aku yang sedang membantu ibuku menerima sms dari Kepala TU bahwasanya namaku tertera kedalam mahasiswa yang maju untuk presentasi paper di Singapura dan Malaysia. Aku meloncat kegirangan memberitahukan sms tersebut kepada ibu tercintaku. Beliau pun terlihat tersenyum bahagia dan bangga kepadaku. Seluruh keluargaku pun secepatnya tau. Selanjutnya aku pergi ke Yogyakarta untuk membuat passport serta mempersiapkan segala kebutuhan untuk presentasi paper di luar negri.

Tak terasa, hari keberangkatanku untuk yang pertama kalinya keluar dari negri tercintaku pun datang. Kurasakan degup jantungku bertambah kencang karena nantinya aku adalah mahasiswa yang pertama kalinya presentasi setelah adanya perubahan jadwal yang semula aku urutan ketiga untuk presentasi. Perubahan jadwal tersebut juga mempengaruhi negara tempat dimana aku presentasi semula di USIM (University Sains Islam of Malaysia) menjadi Kuba University of Singapore. Aku cemas, sangat cemas. Kecemasanku ternyata dirasakan oleh Pak Nurwanto selaku dosen pembimbing presentasiku.


Pagipun tiba, dengan segala persiapan pribadi yang aku lakukan di pagi hari, aku pun menginjakkan kaki di Kuba University of Singapore dengan selamat setelah penyebrangan dari Negara Malaysia. Namaku dipanggil. Ya dipanggil oleh Pak Nurwanto setelah beliau memberikan sambutan. Aku menyampaikan presentasi ku dengan sangat tidak 100%. Wal akhir, presentasi yang seadanya tersebut di berikan apresiasi oleh Direktur dari universitas tersebut, dan didoakan semoga speech ku bisa lebih baik hingga aku bisa speech di depan Presiden Amerika (it was a wonderful pray).

Aku tersenyum lega setelah presentasi. Dan segala perjuangan ku pada hari itu dihadiahi dengan jalan-jalan di Pulau Sentosa. Kuabadikan momentku dengan kamera teman karena pada saat sebelum aku berangkat ke luar negri, Smartphone ku jatuh dan hilang. Namun aku senang, sangat senang. Bisa berfoto dengan Merlion Statue di kawasan Merlion Park, dilanjutkan menuju tempat bermain yang cukup terkenal di dunia yaitu Universal. Aku berkeliling menggunakan kereta listrik dengan gratis sehingga bisa melihat arena bermain di universal yang belum sempat aku jelajahi karena tiketnya pun sangatlah mahal.

Kebahagiaanku di Negara Singapura tidak berhenti disitu, dilanjutkan menyebrangi negara Singapura ditemani sunset yang sangatlah indah serta gurauan teman-teman perjalanan di bis. Malamnya di temani makanan Malaysia, siangnya keliling di Bank Malaysia dan China Town pada malam harinya. Meski hanya 4 hari 3 malam di negara tetangga, hal tersebut sangat membuatku bahagia untuk pertama kalinya aku bisa menjelajah ke luar negri. 

Ketika sekembalinya aku ke Indonesia, aku menemukan buku pribadiku pada saat aku beres-beres kos. Terdapat beberapa tulisan yang aku temukan. Salah satunya ada page dimana aku menuliskan “100 Dreams”. Pada urutan kedua puluh aku menemukan kalimat “bisa pergi keluar negri minimal Malaysia pada tahun pertama kuliah”. Aku terkejut! Ternyata video yang pernah menginspirasi aku dulu sehingga aku bisa menuliskan 100 mimpiku, menjadi kenyataan. Aku bisa menginjakkan kaki di Malaysia pada tahun pertama dan di bonusi dengan Negara Singapura. It was unforgettable moment at this time. Hopefully, I could explore another country in this world in my young life, and so do you who read this bad words. Thankyou.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar